Selasa, 20 September 2011

Manusia Sebagai Makhluk Sosial


Manusia selain sebagai makhluk individu, manusia juga disebut
sebagai makhluk sosial. Artinya manusia memiliki kebutuhan dan
kemampuan serta kebiasaan untuk berkomunikasi dan berinteraksi
dengan manusia yang lain, selanjutnya interaksi ini berbentuk kelompok.
Kemampuan dan kebiasaan manusia berkelompok ini disebut juga
dengan zoon politicon.
Istilah manusia sebagi zoon politicon pertama kali dikemukakan
oleh Aristoteles yang artinya manusia sebagai binatang politik. Manusia
sebagai insan politik atau dalam istilah yang lebih populer manusia
sebagi zoon politicon, mengandung makna bahwa manusia memiliki kemampuan untuk hidup berkelompok dengan manusia yang lain dalam
suatu organisasi yang teratur, sistematis dan memiliki tujuan yang jelas,
seperti negara. Sebagai insan politik, manusia memiliki nilai-nilai yang
bisa dikembangkan untuk mempertahankan komunitasnya.
Argumen yang mendasari pernyataan ini adalah bahwa manusia
sebagaimana binatang, hidupnya suka mengelompok.
Hanya saja antara manusia dan binatang berbeda memiliki cara
mengelompok yang berbeda, hewan mengandalkan naluri,
sedangkan manusia berkelompok dilakukan
melalui proses belajar dengan menggunakan akal pikirannya.
Sifat berkelompok pada manusia didasari pada kepemilikan
kemampuan untuk berkomunikasi, mengungkapkan rasa dan
kemampuan untuk saling bekerjasama. Selain itu juga adanya
kepemilikan nilai pada manusia untuk hidup bersama dalam kelompok,
antara lain: nilai kesatuan, nilai solidaritas, nilai kebersamaan dan nilai
berorganisasi.
Nilai adalah prinsip-prinsip dasar yang dianggap paling baik,
paling bermakna, paling berguna, paling menguntungkan, dan paling
dapat mendatangkan kebiasaan bagi manusia. Nilai kesatuan mengandung
makna bahwa komunitas politik merupakan kumpulan orang-orang
yang memiliki tekad untuk bersatu dan komunitas politik hanya terwujud
apabila ada persatuan. Nilai solidaritas mengandung makna bahwa
hubungan antar manusia dalam komunitas politik bersifat saling
mendukung dan selalu membuka kesempatan untuk bekerja sama
dengan manusia yang lain. Nilai kebersamaan mengandung arti
komunitas politik merupakan wadah bagi mereka untuk mewujudkan
tujaun hidup yang diidam-idamkan. Nilai organisasi mengandung makna
bahwa komunitas politik yang dibangun manusia, mengatur dirinya dalam
bentuk pengorganisasi yang memungkinkan tiap-tiap menudia mengambil
perannya.
Aktualisasi manusia sebagai makluk sosial, tercermin dalam
kehidupan berkelompok. Manusia selalu berkelompok dalam hidupnya.
Berkelompok dalam kehidupan manusia adalah suatu kebutuhan, bahkan
bertujuan. Tujuan manusia berkelompok adalah untuk meningkatkan
kebahagiaan dan kesejahteraan hidupnya. Apapun bentuk kelompoknya,
disadari atau tidak, manusia berkelompok mempunyai tujuan
meningkatkan kebahagiaan hidupnya. Melalui kelompok manusia bisa
memenuhi berbagai macam kebutuhan hidupnya, bahkan bisa dikatakan
kebahagiaan dan keberdayaan hidup manusia hanya bisa dipenuhi
dengan cara berkelompok. Tanpa berkelompok tujuan hidup manusia
yaitu mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan tidak akan bisa tercapai.
Manusia merupakan makluk individu dan sekaligus sebagai
makluk sosial. Sebagai makluk sosial manusia selalu hidup berkelompok
dengan manusia yang lain. Perilaku berkelompok (kolektif) pada diri
manusia, juga dimiliki oleh makluk hidup yang lain, seperti semut, lebah,
burung bangau, rusa, dansebagainya, tetapi terdapat perbedaan yang
esensial antara perilaku kolektif pada diri manusia dan perilaku kolektif
pada binatang.
Kehidupan berkelompok (perilaku kolektif) binatang bersifat
naluri, artinya sudah pembawaan dari lahir, dengan demikian sifatnya
statis yang terbentuk sebagai bawaan dari lahir. Contoh bentuk rumah
lebah, sejak dahulu sampai sekarang tidak ada perubahan, demikian
halnya dengan rumah semut dan hewan lainnya. Sebaliknya perilaku
kolektif manusia bersifat dinamis, berkembang, dan terjadi melalui proses
belajar (learning process).
Berkelompok dalam kehidupan manusia juga merupakan suatu
kebutuhan yang harus dipenuhi. Beberapa kebutuhan hidup manusia
yang dapat dipenuhi melalui kehidupan berkelompok antara lain:
komunikasi, keamanan, ketertiban, keadilan, kerjasama, dan untuk
mendapatkan kesejahteraan. Kehidupan berkelompok manusia tercermin
dalam berbagai bentuk, mulai dari kelompok yang terorganisir maupun
yang tidak terorganisir.
Kehendak untuk hidup berkelompok pada diri manusia merupakan
suatu perilaku yang lahir secara spontan, relatif tidak terorganisasi, dan
hampir tidak diduga sebelumnya, proses kelanjutannya tidak terencana,
dan hanya tergantung kepada stimulasi timbal balik yang muncul dikalangan para pelakunya. Terhadap pernyataan ini, sering
ditemukan adanya pengelompokkan manusia yang semula teratur dan
tertib, tiba-tiba berubah tanpa rencana, tanpa sebab, dan tanpa arah
menjadi kerumunan yang menimbulkan kekacauan sosial dan pengrusakan.
Seperti kasus demonstrasi, suporter sepakbola, dan tawuran
yang sering terjadi di kalangan pelajar atau masyarakat baik di Indonesia maupun di negara-negara diluar Indonesia.
Perilaku berkelompok (perilaku kolektif) pada manusia karena
terjadi melalui proses belajar menyebabkan munculnya beragam jenis,
diantaranya: perilaku kerumunan (crowd), perilaku massa, gerakan
sosial, perilaku dalam bencana, gerombolon, kericuhan (panics), desasdesus, keranjingan, gaya (fad), model (fashions), propaganda, pendapat umum, dan revolusi.


Sumber : disini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar